Mengapa Tempat Yang Banyak Orang Shalih Juga Terkena Bencana?
Ini adalah salah satu misteri ilahi yang memiliki banyak hikmah. Salah satu hikmahnya adalah pentingnya dakwah dan menasehati untuk meninggalkan maksiat. Keshalihan tidak hanya dimiliki individu namun juga masyarakat. Ketika maksiat terjadi, sekecil apapun, ketika orang-orang shalih enggan menasehati dan mencegah maksiat tersebut, bukan tidak mungkin bencana akan datang. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
والذي نفسي بيده، لتأمرن
بالمعروف، ولتنهون عن المنكر، أو ليوشكن الله أن يبعث عليكم عِقابا من عنده، ثم
لتَدعُنّه فلا يستجيب لكم
“Demi Allah, hendaknya kalian mengajak kepada yang ma’ruf dan mencegah
dari yang mungkar. Atau Allah akan menimpakan hukuman kepada kalian, lalu
kalian berdo’a namun tidak dikabulkan” (HR. At Tirmidzi no.2323, Ia berkata:
“Hadits ini hasan”)
Dan hadits tersebut di atas jelas bahwa orang yang terkena bencana, bisa
jadi benar ahli maksiat, atau bisa jadi orang shalih yang ikut terkena bencana
yang disebabkan maksiat. Sehingga tidak ada yang bisa memastikan seseorang
termasuk yang mana kecuali Allah Ta’ala. Dan tidak ada kepentingan sama sekali
bagi kita untuk mengetahui apakah para korban itu termasuk golongan ahli
maksiat atau orang shalih? Namun penting bagi kita untuk menyadari bahwa
bencana ini karena sebab maksiat. Karena inilah yang membuat kita tersadar,
bergegas untuk menyerahkan diri kepada-Nya, bersimpuh dan bertaubat kepada-Nya.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ
الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (QS. Ar Ruum: 41)
Dari pada kita merasa sombong, tak merasa punya andil dalam menyebabkan
bencana ini, merasa tidak berdosa dan congkak. Yang tentunya kesombongan itu
akan berbalas, di dunia atau kelak di akhirat.
وَمَنْ لَمْ يَتُبْ
فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
“Orang yang enggan bertaubat, mereka termasuk orang-orang yang zhalim”
(QS. Al Hujurat: 11)
Ya memang, bencana alam ini adalah fenomena alam yang dapat dijelaskan oleh
ilmu fisika atau ilmu alam. Dengan ilmu tersebut bisa diketahui penyebab
fisiknya, atau mungkin bisa diramal kejadiannya dari tanda-tanda dan pola-pola
yang ada. Namun ingatlah, jauh dibalik itu semua, semua yang terjadi di alam
ini adalah kekuasan Allah, yang Maha Mengatur Alam Semesta. Ilmu manusia
manapun tidak ada yang bisa melawan dan meramal kehendak Allah. Andai teori dan
data menyatakan tidak akan terjadi bencana, jika Allah berkehendak pun tetap
terjadi. Allah lah pengatur alam yang sebenarnya.
رَبُّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا الْعَزِيزُ الْغَفَّارُ
“Ialah Allah, Rabb langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya, Yang Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Shaad: 66).
Oleh karena itu sungguh sangat logis, jika ingin menghindari bencana atau
menghentikan bencana kita memohon, menuruti keinginan serta menjauhi larangan
dari Yang Maha Mengatur Alam yang sebenarnya.
وَهُوَ الَّذِي يُحْيِي
وَيُمِيتُ وَلَهُ اخْتِلَافُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
“Dialah Allah yang menghidupkan dan mematikan, Dialah yang
membolak-balikan siang dan malam, tidakkah engkau berpikir?” (QS. Al
Qashas: 28 )
MasyaAllah...
BalasHapus